Searching...
March 24, 2013

randomly random III


Katakanlah kalau aku ini cowo yang terlalu goyah hatinya dan engga bisa stay in love dengan satu orang saja karena terlalu sibuk randomly fall in love with random girl. But you were wrong, ada juga masanya ketika cowo seperti aku ini bisa tetap jatuh cinta pada satu orang.

Kalau ada yang bilang cinta tidak memandang fisik, that’s an excuse. Itu cuma alasan buat seseorang yang sangat sempit melihat muka lain dari cinta. Karena buatku, selalu fisik yang mengawali cinta agar bersemi. Apa aku yang terlalu sempit melihat cinta? Entahlah. Tapi pernah aku stay in love dengan satu perempuan, seperti perempuan yang aku temui di bangku kuliahan itu.

Aku membenci SPG dan senyuman palsu mereka, tapi tidak dengan perempuan itu. Namanya gita, sebenarnya dia adalah kakak angkatan di kuliahan, dia bekerja sebagai SPG tapi senyumannya untuk orang lain begitu tulus. Kami terpaut selisih empat semester, meskipun ada satu mata kuliah yang mengharuskan kami duduk di dalam kelas yang sama.

Aku lupa tepatnya hari apa dimana aku dan gita duduk di kelas yang sama, kalau tidak salah setiap hari selasa, kuliah pathologi tanaman. Tiap hari itu, aku selalu datang lebih awal demi bisa melihat gita lebih awal. Karena terlalu malu-malu dan terlalu banyak bermain game ninja, bodohnya aku adalah aku malah stalking dengan diam-diam benar-benar stealth seperti ninja yang ada di game. Bodooooh.

Kalau udah masuk kelas, pasti aku masuk belakangan biar aku tau gita duduk disebelah mana, dan memilih spot yang bagus. Dan buat aku, aku lebih memilih untuk duduk berjauhan dari gita agar aku bisa sepuas-puasnya memandang gita daripada duduk dekat dengan gita tapi tersipu malu dan tidak berani memandanya barang sedikit.

Seperti detektif, aku memperhatikan apa yang gita kenakan tiapkuliah itu. Dari baju seragam SPGnya, kemeja coklat bergaris, kemeja putih polos, sampai kaos kerahnya yang warna warni. Dari sepatu hak tingginya yang biasa digunakan berbarengan dengan seragam SPGnya, sepatu flat hitam dengan pita kecil di ujungnya, hingga wedges yang terlalu casual untuk dipakai masuk kuliah.

Waktu itu facebook masih sangat terkenal, apalagi untuk cowo seperti aku begini, facebook sudah pasti di salah gunakan. Stalking status gita sudah pasti menjadi pekerjaan dan kesibukan baru bagiku. Aku selalu memperhatikan detail statusnya, siapa yang ikut menulis komentar, bahkan jumlah like yang ada di status gita. Seperti penguntit professional.

Buat apa aku stalking dan merendahkan level seorang pencinta ke level penguntit? Aku ini pemalu. Hanya itu jawabannya. Aku hanya ingin siap. semisal ada suatu momen yang hanya kami berdua dan aku harus memulai obrolan terlebh dahulu, ak bisa mengira-ngira apa yang harus aku katakana untuk memulai sebuah obrolan. Aku selalu membayangkan akan berkata ini dan mengira-ngira dia akan membalas itu atau ini.
Tapi kesempatan mengobrol itu tak kunjung datang, dan aku semakin pintar membayangkan apa yang akan kami obrolkan bila datang waktunya kami (harus) mengobrol.

Gita itu begitu menawan, berada di satu kelas bersama gita saja sudah membuatku gugup.
Dan kegugupan itu berlangsung hingga 3 tahun lamanya, kegugupan itu hilang ketika dia lulus dari kuliah dan tidak akan pernah kembali ke kampus…

0 komentar:

Post a Comment

 
Back to top!