Beberapa orang yang suka gadget (termasuk aku)
bilang kalau gadget yang kita miliki melambangkan diri kita. Gadget lebih
kasarnya sama kaya baju, apa yang kita pakai ikut mencerminkan diri kita
seperti apa. Budaya kita memang seperti itu dari dulu. Kita mencitrakan diri
kita lewat apa yang kita miliki. Selalu begitu.
Mungkin budaya ini tidak sepenuhnya salah. Toh
sampai sekarang tidak ada gerakan atau sub-budaya yang menentang budaya
seperti ini. Budaya pencitraan lewat apa yang kita miliki terus saja menjadi
tolok ukur kita. Sekali pandang terhadap apa yang dimiliki dan dikenakan
seseorang, itulah citra dirinya.
Apa yang terjadi sekarang adalah pencitraan menjadi
suatu prioritas semua orang. Kebutuhan untuk merasa ada di dalam bagian
masyarakat mungkin membuat hasrat ini dijadikan hal utama. Ambil contoh aja
fenomena smartphone Android yang lagi trend di sekitar kita sekarang. Semua
orang ingin memiliki smartphone tersebut, atau mungkin yang ‘menyerupai’
smartphone tersebut. Memiliki android bakal memunculkan citra ‘canggih’ atau
‘internet is my lifestyle’. Jika memiliki citra seperti ini, maka di era
teknologi seperti ini, anda akan merasa ada.
Tapi, kalau kita tengok lebih jauh nampaknya ada
yang salah. Pada awalnya kita berpikir kalau kita ingin membuat citra
tertentu dengan apa yang kita miliki. Kenyataan yang ada berkata lain.
Orang-orang yang mengikuti trend android itu, tiap
dari mereka memiliki smartphone. Smartphone yang begitu canggih, begitu rumit
dan begitu mewah. Namun tiap pengikut trend itu, mereka di’kekang’ oleh
smartphone mereka sendiri. Tidak semua pengguna smartphone itu ‘smart’. Lebih
sering kita temukan orang-orang itu pada pernyataan ‘aku gatau fitur yang ini
buat apa’, ‘aku gatau caranya buat pake fitur ini’ atau ‘udah ah yang penting
bisa buat sms sama telfon, gausah ribet’.
Bila melihat orang yang seperti itu, aku menjadi
tertawa geli. Apakah pengguna smartphone itu begitu bodohnya? Sinis di dalam
hati, kemudian aku menyimpulkan pengguna smartphone itu kebanyakan bodoh.
|
January 19, 2012
Related Posts
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment