Semua orang pasti pernah sakit. Entah sekedar
meriang, masuk angin, atau mungkin sakit yang parah dan perlu
dirumahsakitkan. Sakit itu bukan perasaan yang selalu enak, atau malah
mungkin selalu tidak enak. Tapi hanya sedikit orang yang bisa mengerti kalau
sakit tidaklah seburuk itu.
Nyatanya, sakit memang menuntut kita untuk tidak
dapat melakukan sesuatu. Lebih gampangnya ketika sakit kita dibatasi dalam
mengerjakan sesuatu. Jika patah kaki, kita dibatasi dalam berjalan. Patah
tangan, kita dibatasi untuk tidak bisa memegang sesuatu. Dan mungkin sakit
yang enteng layaknya alergi, kita dibatasi untuk tidak menggaruk bagian tubuh
yang gatal meskipun kita ingin.
Ada juga yang mengatakan sakit itu musibah. Dari
sekian banyak kejadian di sekitar, banyak sekaliorang yang mengatakan ‘sial’
ketika mereka sakit. Sakit menjadi suatu misfortune, kemalangan yang menimpa
seseorang. Sakit diidentikkan dengan hal yang negative, merugikan. Padahal
sakit tidaklah begitu buruk.
Menjadi sakit bukan membatasi kita dalam melakukan
sesuatu, namun malah membolehkan kita melakukan sesuatu yang sangat jarang
sekali kita lakukan. Ketika sakit, kita dituntut untuk merenung, memikirkan
kembali apa yang kita telah perbuat. Walaupun ketika meriang kita merasakan
sakit kepala, tapi sakit kepala itu malah membuat kita memikirkan sesuatu
yang kecil kemungkinan kita pikirkan. Kita mengintrospeksi diri sendiri
dibalik sakit kepala itu, apakah kita sakit adalah suatu kemalangan yang
menimpa, atau kejadian yang disebabkan oleh kita sendiri yang kurang
memperhatikan tubuh dan batas kemampuannya.
Dulu aku pernah meriang berhari-hari. Pacarku kesal
(di dalam hati) karena meriang itu tak kunjung pergi selalu membatasi aku
untuk melakukan sesuatu. Saat itu aku tak sengaja mengirim sms kepada teman
semasa SMA dulu, Abrian namanya. Dengan gaya berkeluhkesah ala cowo, aku
bercerita keadaan yang sedang aku alami. Tapi mengetahui aku sedang sakit, si
bocah itu bukannya mendoakan semoga cepat sembuh dan malah mengatakan
‘mungkin dosanya lagi dikurangin tuh jadi dibikin sakit’. Dalam hati hanya
ada kata ‘anjritttt’ yang terucap.
Beberapa hari kemudian, barulah terpikir sesuatu.
Kalau saja tidak sakit, mungkin aku tidak akan menghubungi teman masa SMA itu
dan tidak menyambung silaturahmi. Dia berkata kalau mungkin lagi dikurangi
dosanya, dan aku rasa memang benar seperti itu. Sakit memaksa seseorang untuk
menganalisis sesuatu yang jarang sekali dipikirkan. Sakit membuat kita
memahami tubuh sendiri yang berbicara dengan caranya sendiri.
Kesepian melanda sseorang yang sedang sakit, merasa
kalau di dunia ini dialah yang paling menderita dengan kesakitannya. Ya,
sering kita berpikir demikian karena tidak memanfaatkan sakit untuk membuka
hati kita. Kalau sakit dan merasa kesepian, aku punya satu saran yang mungkin
cukup ampuh untuk dilakukan. Kirimlah pesan ke pacar atau teman terdekat
anda, mintalah dia untuk menemani jalan-jalan. Tapi pergilah jalan-jalan ke
rumah sakit terdekat, anda akan menyadari kalau bukan anda saja yang sedang
sakit. Banyak di sekitar kita yang tengah merasakan sakit juga, hanya saja
kita menutp mata untuk melihat mereka. Doakan sesama untuk kebaikan bersama.
Kalau sesuatu hal buruk terjadi (sakit anda bertambah parah, pingsan, atau
semacamnya) bersikap tenanglah. Anda berada di rumah sakit, pertolongan dapat
segera diberikan jika sakit anda bertambah parah :D
|
January 12, 2012
Related Posts
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment