Searching...
January 12, 2012

Being sick is not that bad?


Semua orang pasti pernah sakit. Entah sekedar meriang, masuk angin, atau mungkin sakit yang parah dan perlu dirumahsakitkan. Sakit itu bukan perasaan yang selalu enak, atau malah mungkin selalu tidak enak. Tapi hanya sedikit orang yang bisa mengerti kalau sakit tidaklah seburuk itu.
Nyatanya, sakit memang menuntut kita untuk tidak dapat melakukan sesuatu. Lebih gampangnya ketika sakit kita dibatasi dalam mengerjakan sesuatu. Jika patah kaki, kita dibatasi dalam berjalan. Patah tangan, kita dibatasi untuk tidak bisa memegang sesuatu. Dan mungkin sakit yang enteng layaknya alergi, kita dibatasi untuk tidak menggaruk bagian tubuh yang gatal meskipun kita ingin.
Ada juga yang mengatakan sakit itu musibah. Dari sekian banyak kejadian di sekitar, banyak sekaliorang yang mengatakan ‘sial’ ketika mereka sakit. Sakit menjadi suatu misfortune, kemalangan yang menimpa seseorang. Sakit diidentikkan dengan hal yang negative, merugikan. Padahal sakit tidaklah begitu buruk.
Menjadi sakit bukan membatasi kita dalam melakukan sesuatu, namun malah membolehkan kita melakukan sesuatu yang sangat jarang sekali kita lakukan. Ketika sakit, kita dituntut untuk merenung, memikirkan kembali apa yang kita telah perbuat. Walaupun ketika meriang kita merasakan sakit kepala, tapi sakit kepala itu malah membuat kita memikirkan sesuatu yang kecil kemungkinan kita pikirkan. Kita mengintrospeksi diri sendiri dibalik sakit kepala itu, apakah kita sakit adalah suatu kemalangan yang menimpa, atau kejadian yang disebabkan oleh kita sendiri yang kurang memperhatikan tubuh dan batas kemampuannya.
Dulu aku pernah meriang berhari-hari. Pacarku kesal (di dalam hati) karena meriang itu tak kunjung pergi selalu membatasi aku untuk melakukan sesuatu. Saat itu aku tak sengaja mengirim sms kepada teman semasa SMA dulu, Abrian namanya. Dengan gaya berkeluhkesah ala cowo, aku bercerita keadaan yang sedang aku alami. Tapi mengetahui aku sedang sakit, si bocah itu bukannya mendoakan semoga cepat sembuh dan malah mengatakan ‘mungkin dosanya lagi dikurangin tuh jadi dibikin sakit’. Dalam hati hanya ada kata ‘anjritttt’ yang terucap.
Beberapa hari kemudian, barulah terpikir sesuatu. Kalau saja tidak sakit, mungkin aku tidak akan menghubungi teman masa SMA itu dan tidak menyambung silaturahmi. Dia berkata kalau mungkin lagi dikurangi dosanya, dan aku rasa memang benar seperti itu. Sakit memaksa seseorang untuk menganalisis sesuatu yang jarang sekali dipikirkan. Sakit membuat kita memahami tubuh sendiri yang berbicara dengan caranya sendiri.
Kesepian melanda sseorang yang sedang sakit, merasa kalau di dunia ini dialah yang paling menderita dengan kesakitannya. Ya, sering kita berpikir demikian karena tidak memanfaatkan sakit untuk membuka hati kita. Kalau sakit dan merasa kesepian, aku punya satu saran yang mungkin cukup ampuh untuk dilakukan. Kirimlah pesan ke pacar atau teman terdekat anda, mintalah dia untuk menemani jalan-jalan. Tapi pergilah jalan-jalan ke rumah sakit terdekat, anda akan menyadari kalau bukan anda saja yang sedang sakit. Banyak di sekitar kita yang tengah merasakan sakit juga, hanya saja kita menutp mata untuk melihat mereka. Doakan sesama untuk kebaikan bersama. Kalau sesuatu hal buruk terjadi (sakit anda bertambah parah, pingsan, atau semacamnya) bersikap tenanglah. Anda berada di rumah sakit, pertolongan dapat segera diberikan jika sakit anda bertambah parah :D
(looking at the mirror, laughing myself having snot on my own nose :D miserable me)

0 komentar:

Post a Comment

 
Back to top!