Mungkin dari kita pernah melakukan hal ini. Kita
seolah-olah berakting, bertindak atau memposisikan diri kita sebagai big
brother untuk seseorang. Atau mugkin malah kebalikannya, kita memposisikan
diri sebagai adik dari seseorang. Menciptakan suatu hubungan kakak beradik
yang baru dengan orang lain, kalo aku lebih menyebut hal ini sebagai kakak
atau adik ketemu gede.
Kadang dua orang teman yang sangat dekat, berpautan
umur yang tidak begitu jauh cenderung melakukan hal ini. Ada satu pihak yang
dituakan, dan yang lain sebagai adik yang manja. Biasanya pelaku kakak ketemu
gede ini didorong oleh realita yang berkebalikan. Misal, di satu sisi ada seorang
cewek yang menjadi anak sulung dalam keluarga. Di lain sisi ada seorang cowok
yang menjadi anak bontot dalam keluarga. Karena si sulung tidak pernah
merasakan rasanya mempunyai seorang kakak dan si bontot tidak merasakan
rasanya punya adik, mereka saling mengisi kekosongan itu. Terciptalah
akhirnya hubungan kakak ketemu gede tersebut.
Lucu memang kalo kita bertindak sebagai penonton
yang memperhatikan dua orang menjalin hubungan seperti ini. Semacam julukan
atau penamaan tertentu dikedepankan. Ada yang standar, memanggil abang,
kakak, dan sebutan yang lain kepada ‘kakak’ barunya. Sementara itu ada pula
yang menggunakan bahasa asing (onii-chan atau aa). Entah sebenarnya apa
tujuan penamaan baru ini. Mungkin memberi efek cute sebagai bumbu dalam
jalinan kakak dadakan. Menurut buku linguistik yang aku baca, vocative atau
penamaan memang menunjukkan adanya perbedaan status dan seberapa banyak
perasaan dituangkan.
Yang melakukan hubungan kakak instan seperti ini
terlihat lebih mesra daripada pasangan pacaran dari luarnya. Sering malah
dikira mereka adalah pasangan yang pacaran. Asal tidak melewati garis, tidak
ada yang salah dari hubungan kakak instan ini.
Yang terjebak diantara perasaan suka dan sahabat
seringnya melewati garis ini. Sebenarnya memiliki perasaan suka didalam hati.
Namun ketika menganggap hubungan kakak instan ini juga tidak begitu buruk,
disitulah kesalahan terjadi. Terombang ambing dalam dua perasaan tadi hanya
membuat semuanya menjadi buruk nantinya. Persahabatan harus dihinggapi benalu
perasaan suka. Kalau akhirnya berpacaran, itu hak mereka. Kalau memang suka,
jalinlah hubungan dengan tujuan ingin terus disampingnya dengan perasaan suka
tersebut. Bila tidak, apakah harus berkedok persahabatan kakak instan demi
melakukan pendekatan ke orang yang kita suka? Perlu pembedaan suka dan
sahabat.
Penting pula memperhatikan perasaan orang lain
dalam jalinan kakak instan. Demi egoism pribadi, perlukah menyakiti perasaan
orang lain dengan terus melakukan hubungan kakak instan? Ambillah contoh,
anda seorang perempuan yang tengah menjalin kasih dengan pacar anda. Disaat
yang bersamaan, anda juga memiliki kakak instan yang mungkin sudah
bertahun-tahun anda anggap kakak bahkan sebelum berpacaran dengan pacar anda.
Ketidak pekaan anda menyebabkan perasaan cemburu itu menumpuk dan membesar.
Sakit hati? Mungkin. Ketika emosi tertumpuk ini meluap, justru anda yang
menanggung dampak negatifnya.
|
January 01, 2012
Related Posts
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wah wah wah, selama ini saya sedang mencari kekosongan juga Nu, tapi bukan adik ato kakak, saya mau nyari kembaran saja lah.
ReplyDeleteapa anda mau jadi saudara kembar saya??
hahahahahahaha
hha not a chance muto, kamu kan kembarannya udahan sama dika :D
ReplyDeleteyasudah kalau anda tidak berkenan.
ReplyDelete#mundur perlahan-lahan.
Tak ada dewasa, kita cuma pandai berpura-pura :D
ReplyDelete#MeluNyundul!
hha elu mah kung, nek ababil apaan dong?
ReplyDelete#Dika: Persona lah yah, latian dadi artis ceritane, berpura-pura, berakting.
ReplyDelete#Nunu: sekarang berhati-hatilah sama Dika, dia pandai berpura-pura, sewaktu-waktu dia [Dika] bisa menusuk dari belakang.
kalo ngatasin gejala brother complex kaya gmna yak
ReplyDelete